Minggu, 18 Maret 2012
Jumat, 09 Maret 2012
Selasa, 06 Maret 2012
Lionel Messi utawa Messi menika salah sawijiné pemain
ana ing club Barcelona.[1]
Lionel Messi kang jeneng asliné Lionel Andrés Messi (lair ing Rosario, Argentina
, 24 Juni 1987; umur 24
taun) yaiku pemain ngarep bal-balan Argentina
sing saiki maén ana ing Barcelona
lan tim nasional Argentina.[2]
Messi kerep diparabi “maradona anyar”
amarga akeh padhané yaiku awaké péndék, luwih sikil kiwa, jago dribel
bal, lan ahli nipu mungsuh.[3]
Messi miwiti karir bal-balan umur liman taun, Umur sewelas taun dhéwéké
miwiti karir ana ing klub lokal.[4]
Messi padatan main ing posisi gelandang serang utawa penyerang.[4]
Messi dikenal nduwéni dribble sing apik sing sarta umpan-umpan
sing akurat.[3]
Taun 2005 Barcelona
nawakakĂ© kontrak tekan 2010 reganĂ© €150 juta, €30 juta luwih dhuwur tinimbang
kontrak Ronaldo
rikala kuwi.[2]
Bareng karo Barcelona taun 2009, dhéwéké
isoh olih nem gelar.[1]
Dhéwéké uga dadi pemain paling apik Eropa lan Dunia.[3]
Bab lan Paragraf
[delikna]
Tidak hanya kesempatan berlatih di
program berkelas dunia, tapi juga kemungkinan 'mendarat' di klub
profesional Inggris.
Minuman coklat berenergi keluaran Nestle, Milo, kembali menunjukkan komitmen untuk mendukung kemajuan olahraga di Indonesia. Kali ini, mereka melakukannya dengan memberikan beasiswa sepakbola kepada tak kurang dari 20 anak Jakarta berbakat, yang berusia 8 dan 12 tahun.
Sebagaimana rilis yang dikirim pihak Nestle Milo, program ini diadakan bekerjasama dengan Asian Soccer Academy (ASA) di bawah bimbingan manajer teknik, Lee Hawkins. Untuk diketahui, Hawkins adalah mantan pemain Southampton FC, Inggris. Dalam beasiswa ini, Hawkins bersama ASA akan memberikan pelatihan dan pendidikan sepakbola kepada anak-anak beruntung tersebut selama setahun, lengkap beserta aspek-aspek kesehatan dan nutrisinya.
Beasiswa itu sendiri diserahkan di gerai Hypermart Pejaten Village, Jakarta Selatan, yang juga menjadi salah satu lokasi kegiatan promosi kampanye "Memberi Seribu Lahirkan Puluhan Juara" dari Nestle Milo. Dalam program ini, dikatakan bahwa dari setiap penjualan Nestle Milo Tonic dan 3-in-1 kemasan 600 gram di semua modern outlet sejak 1 Agustus hingga 30 September 2011, disisihkan dana sebesar Rp 1.000 untuk beasiswa sepakbola.
Dijelaskan lagi, bahwa program latihan yang diberi nama 'Milo Youth Soccer Academy' itu sendiri, dilaksanakan di British International School, Bintaro, Jakarta. Di sana, ke-20 anak tersebut dibagi menjadi dua grup, yaitu U8 dan U12. Kelak, para penerima beasiswa ini akan mengikuti turnamen internasional di Malaysia, Singapura dan Thailand, serta berkesempatan mengikuti proses seleksi pemain timnas muda PSSI. Tak hanya itu, bahkan bila berprestasi, mereka juga akan dikirim ke luar negeri untuk mengikuti uji coba di beberapa klub profesional (Inggris).
"Melalui kerjasama dengan ASA Foundation, kami berharap akan muncul pemain sepakbola hebat, yang dapat bersaing dengan pemain dari Eropa maupun Amerika Selatan," ungkap Business Manager Milo, Prillia Sandra, sambil menambahkan bahwa Milo pada dasarnya ingin memberikan kesempatan bagi anak-anak berbakat, untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi pemain sepakbola kelas dunia.
Lebih jauh, Prillia menambahkan bahwa dengan berolah raga, anak-anak sebenarnya juga dapat belajar nilai-nilai kehidupan, seperti pantang menyerah, kerjasama tim, sportivitas dan percaya diri, yang nantinya juga akan membantu mereka menjadi juara di luar lapangan. Dalam hal inilah menurutnya, Milo (sebagai produk minuman) membantu menyediakan energi optimum untuk mendukung aktivitas anak-anak tersebut, termasuk olah raga.
Sementara itu, Lee Hawkins mengaku menyambut baik upaya Milo dalam turut mencari pemain sepakbola muda berbakat itu. "Kami tentu saja gembira dengan upaya Milo ini. Kami berharap, kerja sama ini menuai sukses pada masa mendatang. Semoga dari sini akan lahir pemain-pemain sepakbola hebat Indonesia," ujarnya.
Hawkins pun menambahkan bahwa ASA akan terjun langsung dalam menyeleksi para penerima beasiswa, melalui sekolah dan klub di berbagai kota di Indonesia. Sementara program pelatihan sendiri menurutnya, akan terbagi menjadi dua, yakni 50 persen di kelas, serta sisanya di lapangan untuk praktek latihan sepakbola profesional.
ASA sendiri disebutkan telah berdiri di Indonesia sejak 2003. Akademi ini diperkuat oleh pelatih dari berbagai negara, serta menerapkan standar atau modul kepelatihan klub-klub besar di Eropa. ASA juga bekerja sama dengan empat klub ternama di Inggris, yaitu Manchester United, Tottenham Hotspur, Liverpool dan Portsmouth. Pemain-pemain terbaik binaan ASA akan dikirim ke empat klub tersebut.
http://www.beritasatu.com/mobile/indonesia/15085-20-anak-berbakat-dapat-beasiswa-sepakbola.html
Minuman coklat berenergi keluaran Nestle, Milo, kembali menunjukkan komitmen untuk mendukung kemajuan olahraga di Indonesia. Kali ini, mereka melakukannya dengan memberikan beasiswa sepakbola kepada tak kurang dari 20 anak Jakarta berbakat, yang berusia 8 dan 12 tahun.
Sebagaimana rilis yang dikirim pihak Nestle Milo, program ini diadakan bekerjasama dengan Asian Soccer Academy (ASA) di bawah bimbingan manajer teknik, Lee Hawkins. Untuk diketahui, Hawkins adalah mantan pemain Southampton FC, Inggris. Dalam beasiswa ini, Hawkins bersama ASA akan memberikan pelatihan dan pendidikan sepakbola kepada anak-anak beruntung tersebut selama setahun, lengkap beserta aspek-aspek kesehatan dan nutrisinya.
Beasiswa itu sendiri diserahkan di gerai Hypermart Pejaten Village, Jakarta Selatan, yang juga menjadi salah satu lokasi kegiatan promosi kampanye "Memberi Seribu Lahirkan Puluhan Juara" dari Nestle Milo. Dalam program ini, dikatakan bahwa dari setiap penjualan Nestle Milo Tonic dan 3-in-1 kemasan 600 gram di semua modern outlet sejak 1 Agustus hingga 30 September 2011, disisihkan dana sebesar Rp 1.000 untuk beasiswa sepakbola.
Dijelaskan lagi, bahwa program latihan yang diberi nama 'Milo Youth Soccer Academy' itu sendiri, dilaksanakan di British International School, Bintaro, Jakarta. Di sana, ke-20 anak tersebut dibagi menjadi dua grup, yaitu U8 dan U12. Kelak, para penerima beasiswa ini akan mengikuti turnamen internasional di Malaysia, Singapura dan Thailand, serta berkesempatan mengikuti proses seleksi pemain timnas muda PSSI. Tak hanya itu, bahkan bila berprestasi, mereka juga akan dikirim ke luar negeri untuk mengikuti uji coba di beberapa klub profesional (Inggris).
"Melalui kerjasama dengan ASA Foundation, kami berharap akan muncul pemain sepakbola hebat, yang dapat bersaing dengan pemain dari Eropa maupun Amerika Selatan," ungkap Business Manager Milo, Prillia Sandra, sambil menambahkan bahwa Milo pada dasarnya ingin memberikan kesempatan bagi anak-anak berbakat, untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi pemain sepakbola kelas dunia.
Lebih jauh, Prillia menambahkan bahwa dengan berolah raga, anak-anak sebenarnya juga dapat belajar nilai-nilai kehidupan, seperti pantang menyerah, kerjasama tim, sportivitas dan percaya diri, yang nantinya juga akan membantu mereka menjadi juara di luar lapangan. Dalam hal inilah menurutnya, Milo (sebagai produk minuman) membantu menyediakan energi optimum untuk mendukung aktivitas anak-anak tersebut, termasuk olah raga.
Sementara itu, Lee Hawkins mengaku menyambut baik upaya Milo dalam turut mencari pemain sepakbola muda berbakat itu. "Kami tentu saja gembira dengan upaya Milo ini. Kami berharap, kerja sama ini menuai sukses pada masa mendatang. Semoga dari sini akan lahir pemain-pemain sepakbola hebat Indonesia," ujarnya.
Hawkins pun menambahkan bahwa ASA akan terjun langsung dalam menyeleksi para penerima beasiswa, melalui sekolah dan klub di berbagai kota di Indonesia. Sementara program pelatihan sendiri menurutnya, akan terbagi menjadi dua, yakni 50 persen di kelas, serta sisanya di lapangan untuk praktek latihan sepakbola profesional.
ASA sendiri disebutkan telah berdiri di Indonesia sejak 2003. Akademi ini diperkuat oleh pelatih dari berbagai negara, serta menerapkan standar atau modul kepelatihan klub-klub besar di Eropa. ASA juga bekerja sama dengan empat klub ternama di Inggris, yaitu Manchester United, Tottenham Hotspur, Liverpool dan Portsmouth. Pemain-pemain terbaik binaan ASA akan dikirim ke empat klub tersebut.
http://www.beritasatu.com/mobile/indonesia/15085-20-anak-berbakat-dapat-beasiswa-sepakbola.html
PSSI telah memberikan sejumlah persyaratan untuk klub-klub
yang mendapatkan status profesional dan menjajal kompetisi kasta
tertinggi. Apa saja syaratnya?
Pada workshop yang digelar PSSI dan AFC hari Rabu (3/8/2011) di Jakarta, organisasi sepakbola tertinggi tanah air itu akan merombak total kompetisi musim depan, dan membaginya menjadi dua: Profesional dan Amatir.
Antara Profesional dan Amatir akan ditentukan lewat sejumlah persyaratan, diantaranya adalah legal, finansial, infrastruktur, personel dan sporting (pembinaan usia muda, perangkat pertandingan dan yang lain).
Berdasarkan rilis yang dikeluarkan PSSI, Liga Profesional sendiri akan terdiri dari dua kasta, yang ditentukan lewat kemampuan finansial masing-masing klub. Apa saja? Ini dia..
Level 1:
Setiap tim diwajibkan memiliki badan hukum berbentuk perusahaan terbatas (PT) yang bersifat komersial.
Dana deposit untuk partisipasi Rp 5 miliar, dengan budgeting cap (pengeluaran selama satu musim) mencapai Rp 15 miliar. Lalu syarat itu juga mengatur gaji maksimal untuk pemain lokal adalah Rp 500 juta/musim dengan durasi kontrak minimal 3 tahun.
Kuota pemain asing juga berubah yaitu 3 (non Asia) + 1 (Asia), ditambah 1 Marquee player lokal atau asing diperbolehkan bergabung tanpa batasan gaji.
Level 2:
Semua klub yang memilih level 2 juga harus memiliki badan hukum berbentuk perusahaan terbatas (PT) yang bersifat komersial.
Tapi nilai deposit partisipasi hanya Rp 2 miliar, dengan budgeting cap Rp 8 miliar. Lalu gaji pemain lokal maksimum hanya Rp 350 juta/musim dengan kontrak minimum 3 tahun.
Untuk level 2 ini kuota pemain asing juga dikurangkan menjadi 2 (non Asia) + 1 (Asia), tanpa tambahan marquee player.
Apabila jumlah klub yang memilih level 2 melebihi kuota, maka klub diberi kesempatan untuk menaikan deposit-nya dengan kelipatan Rp 1 miliar. Proses itu akan berhenti ketika kuota level 1 terpenuhi (12 sampai 22 klub).
Anggota Komite Eksekutif yang ditunjuk untuk menangani masalah kompetisi, Sihar Sitorus, juga menjelaskan, mulai klub Liga Super hingga Divisi II, juga dari Liga Primer Indonesia boleh ikut mendaftar.
Ini berarti pula tim-tim yang bersusah payah merangkak dari Divisi III hingga menembus kasta tertinggi Liga Super berakhir sia-sia. Perjuangan mereka tidak diperhitungkan lagi karena kompetisi dimulai lagi dari nol.
Klub yang baru lahir, klub divisi bawah hingga klub raksasa macam Persipura Jayapura menjadi sejajar kastanya dan harus disaring lagi untuk mengisi kasta tertinggi liga Indonesia.[yob]
Source: http://id.berita.yahoo.com/ingin-jadi-klub-profesional-ini-syaratnya-050600348.html
Pada workshop yang digelar PSSI dan AFC hari Rabu (3/8/2011) di Jakarta, organisasi sepakbola tertinggi tanah air itu akan merombak total kompetisi musim depan, dan membaginya menjadi dua: Profesional dan Amatir.
Antara Profesional dan Amatir akan ditentukan lewat sejumlah persyaratan, diantaranya adalah legal, finansial, infrastruktur, personel dan sporting (pembinaan usia muda, perangkat pertandingan dan yang lain).
Berdasarkan rilis yang dikeluarkan PSSI, Liga Profesional sendiri akan terdiri dari dua kasta, yang ditentukan lewat kemampuan finansial masing-masing klub. Apa saja? Ini dia..
Level 1:
Setiap tim diwajibkan memiliki badan hukum berbentuk perusahaan terbatas (PT) yang bersifat komersial.
Dana deposit untuk partisipasi Rp 5 miliar, dengan budgeting cap (pengeluaran selama satu musim) mencapai Rp 15 miliar. Lalu syarat itu juga mengatur gaji maksimal untuk pemain lokal adalah Rp 500 juta/musim dengan durasi kontrak minimal 3 tahun.
Kuota pemain asing juga berubah yaitu 3 (non Asia) + 1 (Asia), ditambah 1 Marquee player lokal atau asing diperbolehkan bergabung tanpa batasan gaji.
Level 2:
Semua klub yang memilih level 2 juga harus memiliki badan hukum berbentuk perusahaan terbatas (PT) yang bersifat komersial.
Tapi nilai deposit partisipasi hanya Rp 2 miliar, dengan budgeting cap Rp 8 miliar. Lalu gaji pemain lokal maksimum hanya Rp 350 juta/musim dengan kontrak minimum 3 tahun.
Untuk level 2 ini kuota pemain asing juga dikurangkan menjadi 2 (non Asia) + 1 (Asia), tanpa tambahan marquee player.
Apabila jumlah klub yang memilih level 2 melebihi kuota, maka klub diberi kesempatan untuk menaikan deposit-nya dengan kelipatan Rp 1 miliar. Proses itu akan berhenti ketika kuota level 1 terpenuhi (12 sampai 22 klub).
Anggota Komite Eksekutif yang ditunjuk untuk menangani masalah kompetisi, Sihar Sitorus, juga menjelaskan, mulai klub Liga Super hingga Divisi II, juga dari Liga Primer Indonesia boleh ikut mendaftar.
Ini berarti pula tim-tim yang bersusah payah merangkak dari Divisi III hingga menembus kasta tertinggi Liga Super berakhir sia-sia. Perjuangan mereka tidak diperhitungkan lagi karena kompetisi dimulai lagi dari nol.
Klub yang baru lahir, klub divisi bawah hingga klub raksasa macam Persipura Jayapura menjadi sejajar kastanya dan harus disaring lagi untuk mengisi kasta tertinggi liga Indonesia.[yob]
Source: http://id.berita.yahoo.com/ingin-jadi-klub-profesional-ini-syaratnya-050600348.html
Incoming search terms:
- syarat menjadi pemain sepak bola
- syarat jadi pemain bola
- syarat menjadi pemain bola
- syarat pemain sepak bola
- menjadi pemain sepak bola profesional
- syarat pemain bola
- ingin jadi pemain sepak bola profesional
- cara menjadi pemain sepak bola profesional
- syarat jadi pemain sepak bola
- syarat menjadi pemain sepak bola profesional
Yogyakarta–Pertandingan derby antara PSIM Yogyakarta
dan PSS Sleman, Jumat (12/2) sore dihentikan sementara pada menit
ke-63 saat kedudukan imbang 1-1 karena terjadi kerusuhan.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Mandala Krida Yogyakarta tersebut pada mulanya berlangsung dengan cukup sportif dan banyak peluang yang diciptakan oleh kedua tim.
Pemain debutan baru dari PSIM Yogyakarta Engkus Kuswaha memberikan harapan yang cukup besar kepada Brajamusti –kelompok suporter fanatik PSIM Yogyakarta– dengan gol yang ia ciptakan pada menit ke sembilan dari sayap kiri lapangan.
Pada pertengahan babak pertama, tim tamu menciptakan sebuah peluang emas melalui tendangan pemain bernomor punggung 10 Nkomo Joseph Marcel B, namun sayang tendangan keras tersebut membentur mistar atas gawang.
Memasuki babak kedua, yaitu pada menit ke-3, PSS Sleman mampu menyamakan kedudukan melalui sundulan pemain asingnya, Sylla Bamba setelah mendapatkan umpan dari Agus Purwoko.
Pada menit ke-50, wasit mengeluarkan kartu merah kepada pemain PSS Sleman Fachruddin karena akumulasi kartu kuning.
Sekitar sepuluh menit kemudian, pertandingan pun terpaksa dihentikan karena ada kerusuhan antara suporter PSIM Yogyakarta dan aparat keamanan Brimob DIY.
Kerusuhan tersebut membuat belasan orang terluka, termasuk anak-anak yang mengalami patah kaki dan kerusuhan berlanjut di luar stadion hingga ke Wisma PSIM, bahkan satu mobil dan beberapa motor yang diparkir di halaman wisma pun turut dirusak.
Wakil Ketua Penyelenggara Pertandingan Sukamto menyatakan, sisa waktu pertandingan selama 27 menit masih akan terus dilanjutkan, namun menunggu hasil kesepakatan antara kedua tim.
http://www.solopos.com/2010/olahraga/rusuh-pertandingan-psim-vs-pss-dihentikan-14675
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Mandala Krida Yogyakarta tersebut pada mulanya berlangsung dengan cukup sportif dan banyak peluang yang diciptakan oleh kedua tim.
Pemain debutan baru dari PSIM Yogyakarta Engkus Kuswaha memberikan harapan yang cukup besar kepada Brajamusti –kelompok suporter fanatik PSIM Yogyakarta– dengan gol yang ia ciptakan pada menit ke sembilan dari sayap kiri lapangan.
Pada pertengahan babak pertama, tim tamu menciptakan sebuah peluang emas melalui tendangan pemain bernomor punggung 10 Nkomo Joseph Marcel B, namun sayang tendangan keras tersebut membentur mistar atas gawang.
Memasuki babak kedua, yaitu pada menit ke-3, PSS Sleman mampu menyamakan kedudukan melalui sundulan pemain asingnya, Sylla Bamba setelah mendapatkan umpan dari Agus Purwoko.
Pada menit ke-50, wasit mengeluarkan kartu merah kepada pemain PSS Sleman Fachruddin karena akumulasi kartu kuning.
Sekitar sepuluh menit kemudian, pertandingan pun terpaksa dihentikan karena ada kerusuhan antara suporter PSIM Yogyakarta dan aparat keamanan Brimob DIY.
Kerusuhan tersebut membuat belasan orang terluka, termasuk anak-anak yang mengalami patah kaki dan kerusuhan berlanjut di luar stadion hingga ke Wisma PSIM, bahkan satu mobil dan beberapa motor yang diparkir di halaman wisma pun turut dirusak.
Wakil Ketua Penyelenggara Pertandingan Sukamto menyatakan, sisa waktu pertandingan selama 27 menit masih akan terus dilanjutkan, namun menunggu hasil kesepakatan antara kedua tim.
http://www.solopos.com/2010/olahraga/rusuh-pertandingan-psim-vs-pss-dihentikan-14675
Sejarah
Perserikatan Sepakbola Sleman (PSS) lahir pada Kamis Kliwon tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Lima tokoh yang membidani kelahiran PSS adalah H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH, dan Hartadi. PSS didirikan pada awalnya hanya mereka senang dengan sepakbola. Dengan sepakbola mereka yakin akan menambah teman, meningkatkan persaudaraan dan tentu saja dengan sendirinya meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sleman. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS hampir bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulon Progo dan Persig Gunungkidul. Saat itu, selain di Kota Yogyakarta, potensi sepakbola di empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik. Padahal beberapa daerah di Kabupaten Sleman, seperti Prambanan dan Kalasan, Sleman sejak dulu sudah memiliki tim sepakbola yang tangguh, yang ditandai dengan hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan uji coba dengan tim di kawasan tersebut. Meskipun klub-klub sepakbola di Kabupaten Sleman telah ada dan tumbuh, tetapi belum terorganisasi dengan baik karena di Kabupaten Sleman belum ada perserikatan. Hal ini berdampak terhadap kelancaran klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman dalam mengadakan kompetisi sehingga banyak pemain dari Kabupaten Sleman yang bergabung ke klub-klub sepak bola di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.Keinginan masyarakat yang kuat di Kabupaten Sleman untuk memiliki perserikatan klub sepak bola akhirnya mulai terwujud dengan adanya informasi yang disampaikan oleh Komda PSSI DIY pada waktu itu (Prof. Dr. Sardjono) yang menyatakan bahwa syarat untuk membentuk perserikatan sepak bola minimal harus ada lima klub. Di Kabupaten Sleman pada waktu itu sudah ada lima klub yaitu PS Mlati, AMS Seyegan, PSK Kalasan, Godean Putra dan PSKS Sleman. Akhirnya, tepat pada tanggal 20 Mei 1976, PSS dibentuk dengan Ketua Umum Gafar Anwar (Seorang Polisi). Setelah Gafar Anwar meninggal, posisi Ketua Umum PSS digantikan Oleh Drs. Suyadi sampai dengan 1983. Periode 1983-1985, PSS dipimpin oleh Drs. R. Subardi Pd (Drs. KRT. Sosro Hadiningrat). Periode 1986-1989, PSS dipimpin oleh Letkol Infanteri Suhartono. Karena ada perubahan masa bakti/periodisasi dalam memimpin klub perserikatan yang dilakukan oleh PSSI menjadi empat tahunan maka di tengah perjalanan periode Letkol Infanteri Suhartono tepatnya tahun 1987, Letkol Infanteri Suhartono masih dipilih lagi sebagai Ketua Umum PSS untuk masa jabatan 1987-1991. Kemudian pada periode 1991-1995, PSS dipimpin oleh H. RM. Tirun Marwito, S.H.
Mulai periode 1996-2000, PSS dipimpin langsung oleh bupati, pada waktu itu Drs. H. Arifin Ilyas. Selanjutnya tahun 2000-2004, PSS dipimpin oleh Bupati Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt. Jabatan Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dalam memimpin PSS yang berarkhir pada tahun 2004 diperpanjang mulai 2005, banyak nama yang membesarkan PSS, di antaranya Sudarsono KH, H. Sukidi Cakrasuwignya, Suparlan, H. Subardi, S.H., Hendricus Mulyono, Drs. H. Arifin Ilyas, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt.
PSS beraksi pertama kalinya dalam sebuah turnamen yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang digunakan sebagai ajang seleksi tim Pra PON DIY pada tahun 1976 ini merupakan debut resmi PSS. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunungkidul 1-0 pada tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2 dalam pertandingan final.
Tiga tahun pertama PSS baru mengadakan kegiatan yang lebih bersifat intern, misalnya mengadakan kompetisi antar klub anggota PSS. Kompetisi ini sebagai media publikasi PSS dan dalam rangka memasyarakatkan olah raga sepakbola di wilayah Kabupaten Sleman. Lambat laun jumlah klub yang menjadi anggota PSS semakin banyak. Tahun demi tahun berikutnya dilalui dengan peningkatan-peningkatan, dengan mengikuti pertandingan di tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga tahun setelah PSS dibentuk, PSS memulai perjuangan dalam kompetisi Divisi II PSSI pada tahun 1979 dengan lawan tim-tim sepak bola yaitu Persiba Bantul, Persig Gunungkidul, dan Persikup Kulon Progo untuk tim yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pada waktu itu memiliki lima perserikatan. Dalam babak penyisihan tersebut PSS menjadi juara. Setelah lolos babak penyisihan PSS langsung masuk divisi IIA bersama dengan tim perserikatan-perserikatan sepakbola dari Provinsi Jawa Tengah yang lolos babak penyisihan seperti PSIR Rembang, Persijap Jepara, dan Persibat Batang (menjadi satu rayon) sehingga perserikatan manapun yang lolos di DIY harus bergabung dulu dengan Provinsi Jawa Tengah melakukan kompetisi dengan hasil PSS selalu gagal maju ke babak ketiga atau babak tingkat nasional.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara kontinyu. PSS, sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepakbolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya.
Namun, meski muda, PSS mampu membangun kompetisi sepakbola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini. Sebuah konsistensi yang luar biasa. Apalagi, kompetisi yang dijalankan melibatkan semua divisi, baik Divisi Utama, Divisi I maupun Divisi II. Bahkan, pernah PSS juga menggelar kompetisi Divisi IIA.
Maka, tak pelak lagi, PSS kemudian memiliki sebuah kultur sepakbola yang baik. Minimal, di Kabupaten Sleman telah terbangun sebuah tradisi sepakbola yang meluas dan mengakar dari segala kelas. Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas.
Ini prestasi luar biasa bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini. Di Kabupaten Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepakbola. Kompetisi itu lebih berawal dari kecintaan sepakbola, tekad, hasrat, motivasi dan kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur yaitu penonton, pemain, pelatih, pengurus dan pembina terlihat begitu tinggi.
PSS pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS. Klub-klub asal Kabupaten Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak pernah kekurangan stok pemain.
Sejak tahun 1987, PSS mulai menargetkan agar dapat berlaga ke pentas sepakbola nasional dengan promosi ke Divisi Satu. Namun seringkali usaha PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA zona Jateng DIY. Persijap Jepara, PSIR Rembang, dan Persiku Kudus, adalah lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR Rembang dan Persiku Kudus promosi ke Divisi Satu, dan bahkan ke Divisi Utama Liga Indonesia saat Liga Indonesia mulai bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng DIY bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.
Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada Liga Indonesia 1994/1995 gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri. Pada waktu itu, PSS selalu mengikuti kompetisi Divisi II PSSI sejak tahun 1979 sampai kemudian baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS meraih juara kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah bertanding dengan tim-tim dari yang lolos penyisihan dari Provinsi Jawa Tengah, PSS berhasil lolos babak ketiga dan berhasil melangkah ke putaran final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tangerang. Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Banyuwangi dalam babak semifinal melalui adu penalti. Persewangi Banyuwangi, dan Persikota Tangerang pun lolos otomatis ke Divisi Satu Liga Indonesia, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu dengan dua tim Divisi Satu Liga Indonesia dalam babak play off.
Dalam babak play off yang diadakan di Stadion Tridadi pada tanggal 4-9 Juli 1996, PSS sempat berada di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra Galatama untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus merelakan Aceh Putra, dan Persipal Palu untuk berlaga di Divisi Satu Liga Indonesia. Lewat pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket promosi dengan pelatih Suwarno.
Selama berada di Divisi II PSS tidak pernah mendapatkan sumber pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Tidak ada sponsor dari manapun, sumber pendanaan PSS pada waktu itu berasal dari kontribusi pribadi masyarakat Kabupaten Sleman yang gila bola. Rumah Sudarsono KH di Rogoyudan, Jalan Magelang berfungsi sebagai kantor PSS, di mana di tempat ini diadakan rapat dan berkumpulnya para pemain sepakbola menjelang dan sesudah pertandingan. Kemudian PSS mengikuti kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia selama empat tahun mulai musim kompetisi 1996/1997 sampai musim kompetisi 1999/2000.
Aksi debutan PSS di Divisi Satu Liga Indonesia 1996/1997 cukup mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan gagal ke semifinal. Tahun 2000 adalah tahun berakhirnya masa jabatan Bupati Drs. H. Arifin Ilyas dan sebagai bupati ingin meninggalkan kesan yang terbaik, sehingga termotivasi kuat untuk mengantarkan PSS masuk Divisi Utama Liga Indonesia. Akhirnya, pada kompetisi tahun 1999/2000, dalam situasi krisis moneter PSS berhasil promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia setelah PSS bersama-sama dengan Persita, Persikabo dan Persijap melakukan pertandingan empat besar di Stadion Tangerang dan PSS menjadi Juara II Kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia, yang ditandai dengan kecemerlangan performa M. Eksan yang keluar sebagai top skor dengan 11 gol. Pertandingan empat besar tersebut berlangsung pada 26-30 Mei 2000. Dan sebagai Manager PSS adalah H. Sukidi Cakrasuwignya dengan pelatih Drs. Bambang Nurdjoko dan Drs. Herwin Sjahrudin.
Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan. Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II. Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun 1995/1996, tim ini berhasil masuk Divisi Satu Liga Indonesia, setelah melewati perjuangan berat di kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi Utama Liga Indonesia bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.
Sempat dipandang sebelah mata, setelah bertanding di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan bulan-bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS tetap menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M. Eksan, Slamet Riyadi, M. Ansori, Fajar Listiyantoro dan M. Muslih. Bahkan, M. Eksan, Slamet Riyadi dan M. Ansori merupakan pemain berpengaruh dalam tim.
Pada penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepakbola Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang, Pelita Solo 2-1.
Bahkan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana X sendiri yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga kaget. Kepada Bupati Kabupaten Sleman Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt yang mengikutinya, Sri Sultan Hamengkubuwana X mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita." Artinya, anak-anak Kabupaten Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa mengalahkan tim elit Pelita Solo.
Saat itu, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt menjawab, "Biar hitam nggak apa-apa tho pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan Hamengkubuwana X tahu proses pertandingan itu. Sebelum menang, PSS sempat ketinggalan 0-1 lebih dulu. Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger di urutan pertama.
Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang ditakuti, meski tanpa bintang.
Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama Liga Indonesia. PSS dapat bertahan menghadapi persaingan keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Elang Jawa ini berhasil lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi.
Meski belum optimal, PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepakbola mereka. Setidaknya, PSS sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terakhir, pemain nasional dari Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kiper Siswadi Gancis. Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Prestasi terbaik PSS diraih saat Divisi Utama Liga Indonesia digelar dengan sistem satu wilayah pada tahun 2003, dan 2004, finish dengan dua kali menempati posisi ke-4 secara berturut-turut. Sejak kiprahnya di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS telah mengantarkan Anton Hermawan, dan Mauly Lessy untuk mengenakan kostum tim nasional. Sayangnya, melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat pembinaan, dan terbengkalainya kompetisi internal di Kabupaten Sleman. Problema antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi PSS agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi sepakbola di Kabupaten Sleman.
Langganan:
Postingan (Atom)